ITO atau Inventory Turn Over adalah salah satu cara untuk mengontrol pengelolaan Inventory atau persediaan. Ukuran ini bisa digunakan baik untuk di store maupun di head office (HO)
Cara pengukuran ITO yang paling dasar adalah:
(Total Stock) / (Rata-rata Pemakaian) = Lamanya Putaran Barang (Turn Over)
Contoh:
Store A punya stock 1.000 pcs dengan rata-rata pengeluaran perbulan adalah 100 pcs.
Maka 1.000 / 100 = 10 bulan , kenapa satuannya bulan? karena pembaginya adalah rata-rata pengeluaran per bulan.
Apa arti dari angka diatas? Artinya Store A punya stock yang bila tidak diisi kembali baru akan habis dalam waktu 10 bulan kedepan. Ukuran ini bisa di bandingkan dengan ITO store lain dan benchmark ITO nasional untuk mengetahui apakah ITO store tersebut sehat dan aman?
Contoh:
Store B = 24 bulan , Store C = 30 bulan dan ITO nasional adalah 12 bulan.
Ini berarti Store A dibawah ITO nasional dan butuh penambahan stock minimal :
ITO Nasional – ITO Store = Jumlah putaran stock yg perlu ditambah atau dikurangi
12 bulan – 10 bulan = 2 bulan <– jumlah stock yang harus diisi.
Stock yang harus diisi/dikurangi = rata-rata pemakaian perbulan x selisih ITO
2 bulan x 100pcs = 200pcs stock yang harus diisi agar sesuai dengan standard nasional.
Kapankah sebuah ITO dianggap baik atau buruk?
ITO harusnya pas pasan, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Penyimpangannya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing perusahan.
ITO yang terlalu cepat bisa berarti stock terlalu sedikit dan berpotensi kekurangan stock dan ini berbahaya bagi penjualan store karena tidak ada barang.
ITO yang terlalu lambat bisa berarti over stock dan berpotensi berakibat atas penumpukan modal, kenaikan biaya dan resiko penyimpanan hingga kemungkinan terjadinya kehilangan.
Bagaimana? yuk coba dengan perhitungan di store masing-masing